HAL KECIL YANG MENJADI PENENTU MASA DEPAN

->Ketika buang sampah:

Jepang: Sampah dibuang sesuai jenisnya. Sampah organik dibuang di tempat sampah khusus organik, sampah anorganik dibuang di tempat sampah anorganik.
Indonesia: Mau organik kek, anorganik kek, bangke binatang kek, semuanya tumplek jadi 1 dalam kantong kresek.


->Ketika terlambat masuk kelas:


Jepang: Memohon maaf sambil membungkukkan badan 90 derajat, dan menunjukkan ekspresi malu + menyesal gak akan mengulangi lagi.
Indonesia: Slonong boy & slonong girl masuk gitu aja tanpa bilang permisi ke dosen sama sekali.

->Yang mana duluan, teori atau praktek?
 
Sistem pendidikan di Indonesia terlalu menekankan pada teori. Semuanya berdasarkan teori. Memang sekolah mempunyai lab, namun jarang digunakan. Siswa-siswa SD diajarkan materi yang jauh melebihi kemampuan nalarnya. Secara akademis, mereka bagus. Namun, begitu disuruh melakukan praktek, mereka kelabakan. Seperti sebuah adegan dari film 3 Idiots, hanya Rancho yang mempraktekkan air garam sebagai elektrolit dengan cara menyetrum seniornya yang kencing di depan pintunya dengan sebuah sendok. Semua orang tahu kalau air garam adalah elektrolit, tapi tidak semua orang bisa mempraktekkan kegunaannya.
Orang Amerika berbeda lagi. Mereka memiliki rasa ingin tahu dan sikap ilmiah yang cukup tinggi. Sistem pendidikan berbasis pada learning by doing atau “belajar dengan cara melakukan”. Jika anda berkunjung ke sekolah Amerika, biasanya pada pelajaran sains, lab pasti ramai. Selain itu, di beberapa sekolah, terdapat kewajiban kerja amal. Ini melatih soft skill siswa untuk hidup di masyarakat. Sebagai perbandingan, dalam kurikulum Amerika tidak dikenal adanya “Pendidikan Agama” ataupun “Budi Pekerti” atau “Pendidikan Anti-Korupsi”. Tapi apakah itu berarti mereka tidak punya moral dan akhlak? SALAH BESAR! Di Indonesia, kita hanya mempelajari teori Budi Pekerti, bukan mempraktekkan, sedang orang Amerika sudah belajar etika dari masyarakat sejak kecil.

->Pilih yang mana, universitas/sekolah swasta atau negeri?

Coba anda ajukan pertanyaan ini kepada orang Indonesia, pasti mereka akan langsung menjawab “jelas negeri!”. Di Indonesia, sekolah swasta umumnya tidak terlalu terkenal, kecuali jika memang punya nama besar seperti Bali International School atau sejenisnya yang memiliki prestasi tingkat tinggi. Umumnya orang Indonesia lebih memilih sekolah negeri karena biaya lebih murah. Begitu juga dengan orang Amerika. Sekolah negeri atau public schools di sana memang dibiayai sepenuhnya oleh pemerintah negara bagian yang bersangkutan. Namun, ketika menyangkut kualitas, umumnya sekolah swasta di Indonesia memiliki sedikit masalah dengan kualitas. Persepsi bahwa sekolah swasta memiliki mutu yang kurang daripada sekolah negeri menyebabkan sekolah negeri kebanjiran peminat. Lain halnya dengan di Amerika. Meskipun biayanya lebih mahal, sekolah swasta dilirik oleh orang mampu karena sekolah swasta atau private schools umumnya memiliki image borjuis dan elite. Soal mutu, mungkin ada perbedaan sedikit, tapi tidak terlalu signifikan.


->Pejalan kaki adalah raja
Di Indonesia: Let’s be honest, di sini, nasib pejalan kaki nggak terlalu mujur. Nggak hanya nggak punya trotoar yang bebas dari pedagang kaki lima dan motor-motor yang pengemudinya nggak sekolah, saat kita menyetir dan lampu baru berubah dari kuning ke merah, kadang kita nekat ‘nyempet-nyempetin’ untuk terus maju, tanpa memperhatikan bahwa mungkin ada pejalan kaki yang sudah siap menyebrang. (Tentu ini bicara pejalan kaki yang taat aturan ya, yang menyebrang pada tempatnya. Yang nggak taat aturan nggak usah dibahas, panjang pasti ceritanya!)
Di Amerika: Pejalan kaki adalah raja. Ketika mobil kita berbelok dan ada pejalan kaki yang sudah bersiap menyebrang, mereka ‘boleh’ marah sama kita. Mereka boleh protes dan akan membuat kita merasa malu karena tidak memperhatikan jalan atau bersikap arogan. Bahkan di beberapa jalan, ada zebra cross khusus di mana begitu di salah satu ujung jalan ada orang yang menginjakkan 1 kaki saja di zebra cross tersebut (belum nyebrang ya, baru naro kaki doang :D), mobil sudah harus berhenti.


->Time is money so stop basa-basi
Di Indonesia: Saya tau kita nggak bermaksud buruk dengan berbasa-basi. Malah tujuannya baik, kita mau menghormati orang lain, makanya kita meluangkan banyak waktu untuk ice breaking saat baru ketemu orang, lalu meluangkan waktu saat menyampaikan kabar kurang sedap (baca: ngomong muter-muter biar lawan bicara nggak tersinggung), lalu meluangkan banyak waktu lagi saat berpamitan (bener loh, coba perhatiin, saat berkunjung ke rumah keluarga atau teman, atau bahkan ke kantor klien, pamitannya bisa 15 menit sendiri!).
Di Amerika: Warga Amerika punya cara menghormati orang lain dengan cara yang berbeda, yaitu dengan tidak menghabiskan waktu mereka. It’s true. Especially in big cities like New York or Los Angeles, it’s rude to waste people’s time. Langsung aja bilang butuh apa dan mereka akan bantu dengan segera. Time efficiency sangat penting buat mereka.
Lalu, mana yang lebih baik? Ini bukan soal budaya Barat lebih baik dari budaya Timur dan sebaliknya. Setiap budaya dan tradisi berasal dari histori. Tapi nggak ada salahnya selain meniru cara berpakaian dan mengekspresikan diri, kita adopsi juga hal-hal baik dari belahan dunia lain ini. The question is, are we ready?

Jangan berprasangka buruk ya,, tentang ini. saya hanya ingin membangkitkan pemikiran kalian para pembaca untuk selalu memikirkan masa depan yang akan kita lewati dengan sesuatu yang kecil,hal hal yang diatas yang mungkin saja belum kita pikirkan dan kita terapkan dalam hidup kita.

 

Tidak ada niat untuk saya menjelek jelekan hal apapun disini .tapi semoga niat saya dapat sampai kepada kalian ya..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

INSTAGRAM FEED

@soratemplates